Proses Perilaku Manusia Meliputi Dasar Kemampuan Dalam Kepribadian
Studi
prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan
konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri.
Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut
bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari
faktor-faktor ini.
Seperti
halnya deengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan,
dan menjelaskan.
Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian
terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang
berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh
telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari
tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting
dalam perkembangan
organisasidan keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas
tentang Kepribadian dan Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan
prilaku organisasi.
Kepribadian
dan emosi akan mempengaruhi individu didalam sebuah organisasi. Maka dari itu
sangat diperlukan seseorang untuk tahu dan mengerti apa itu kepribadian dan
emosi baik dari segi pengertian, ciri – ciri, dll. Dengan penguasaan materi
tentang Kepribadian dan Emosi ini diharapkan setiap individu akan bisa
menempatkan dirinya didalam sebuah organisasi setelah menguasai materi
tersebut. Keberhasilan sebuah organisasi sangat ditentukan oleh setiap individu
di dalamnya.
Pengertian Perilaku
Organisasi
Menurut
Thoha (2007:5) perilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut
aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok tertentu. Menurut Duncan dalam Thoha (2007:5) hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu perilaku organisasi adalah sebagai berikut:
a) Studi perilaku
organisasi termasuk didalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu
tingkah laku yang berusaha menjelaskan
b) Tindakan-tindakan
manusia didalam organisasi.
c) Perilaku
organisasi sebagaiman suatu disiplin ilmu mengenai bahwa individu dipengaruhi
oleh bagaimana pekerjaan diatur adan siapa yang bertanggung jawab
untuk pelaksanaannya.
d) Walaupun dikenal
adanya keunikan pada individu, namun perilaku organisasi masih
memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas
pekerjaan yang bisa dijalankan.
Pengertian
Kepribadian
Kepribadian
merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan
berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002).
Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter
dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk
kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan
(Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan
dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk
bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak
tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi
individu itu.
Pengertian Emosi
Istilah
emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang
diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan
atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan
meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu
perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis,
dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah “an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah “an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour”. Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a. Dapat melakukan
kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang
mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara social atau
membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang
dapat diterima secara sosial.
b. Pemahaman diri.
Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang
dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
c. Menggunakan
kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara
kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi
terhadap situasi tersebut Kematangan emosi (Wolman dalam Puspitasari,
2002) dapat didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi
dan pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa dari pada
bertingkahlaku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu diharapkan
dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu membedakan perasaan dan
kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta dari pada perasaan.
Menurut Kartono (1988)
kematangan emosi sebagai kedewasaan dari segi emosional dalam artian individu
tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan. Chaplin (2001)
menambahkan emosional maturity adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai
tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi dan karena itu pribadi yang
bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas.
Smith (1995)
mendefinisikan kematangan emosi menghubungkan dengan karakteristik orang yang
berkepribadian matang. Orang yang demikian mampu mengekspresikan rasa cinta dan
takutnya secara cepat dan spontan. Sedangkan pribadi yang tidak matang memiliki
kebiasaan menghambat perasaan- perasaannya. Sehingga dapat dikatakan pribadi
yang matang dapat mengarahkan energi emosi ke aktivitas-aktivitas yang sifatnya
kreatif dan produktif. Senada dengan pendapat di atas Covey (dalam Puspitasari,
2002) mengemukakan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani, diimbangi
dengan pertimbangan-pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain.
Menurut pandangan
Skinner (1977) esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti
bahwa seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam
balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah
berubah pendirian. Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar
untuk mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan
reaksi pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi
yang ada dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya
mengandung kemungkinan untuk meletus.
Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah
keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Kepribadian
menurut pengertian sehari-hari
Disamping
itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri
individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian
pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada
orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya
kepribadian”.
Kepribadian
menurut psikologi
Berdasarkan
penjelasan Gordon Allport tersebut kita
dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis
dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian
merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan,
kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Dalam
suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S.
Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang
kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya
dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian
kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian
diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral
maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri,
ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan
antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
3.2 Faktor Penentu Kepribadian
3.2.1 Faktor keturunan
Keturunan
merujuk pada faktor genetis seorang
individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender,
temperamen, komposisi otot dan
refleks, tingkat energi dan
irama biologis adalah
karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara
substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari
individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis,
dan psikologis bawaan dari individu. Terdapat tiga dasar penelitian yang
berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa
faktor keturunan memiliki
peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus
pada penyokong genetis dari perilaku dan
temperamen anak-anak.
Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar
ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari
waktu ke waktu dan
dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh
dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti
perasaan malu, rasa takut,
dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini
mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode
genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna
rambut.
Para
peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang
dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti
menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku,
ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar
ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan
bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi
perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik
yang dibesarkan di keluarga yang
berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian
seorang kembar identik dengan saudara-saudara
kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar
terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan dimana
seseorang tumbuh dan dibesarkan norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial, dan
pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang
secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh
pada kultur yang
lain. Misalnya, orang orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan,
keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang
terus tertanam dalam diri mereka melaluibuku, sistem sekolah, keluarga,
dan teman, sehingga
orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan
individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu
lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan
dan karier.
Ciri – ciri Kepribadian
Semakin
konsisten karakteristik individu dan semakin sering terjadi dalam berbagai
situasi, maka semakin penting ciri-ciri itu untuk menggambarkan individu.
- a. Pencarian awal atas ciri-ciri primer : Ada 16 ciri-ciri yang dianggap sebagai sumber perilaku yang konstan dan mantap yaitu : pendiam – ramah, kurang cerdas – lebih cerdas, dipengaruhi oleh perasaan – stabil secara emosional, penurut – dominan, serius – tak kenal susah, bijaksana – berhati-hati, malu-malu – suka bertualang, keras – sensitif, percaya – curiga, praktis – imaginatif, jujur – lihai, yakin – ragu-ragu, konservatif, suka bereksperimen, tergantung kelompok – mandiri, tak terkendali – terkendali, santai – tegang.
- b. The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) : adalah salah satu kerangka kerja kepribadian dengan 100 pertanyaan yang menanyakan kepada orang bagaimana mereka biasanya bertindak atau merasa dalam situasi tertentu. Individu pada akhirnya akan diklasifikasikan sebagai ekstrovet (E) dan intovert (I), sensing (S) atau intuitif (N), berpikir (T) atau merasa (F), dan memahami (P) atau menilai (J). Hasilnya nanti akan dirangkai seperti misalnya INTJ dalah kaum visioner, ESTJ adalah pengorganisasi, ENTP adalah pengagas, dllnya.
- c. Model lima besar : adalah 5 dimensi dasar hasil riset terbaru yang melandasi semua ciri dan meliputi sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia, yaitu :
a. Ekstraversi :
mencakup tingkat kesenangan seseorang akan hubungan. Orang yang ekstravert akan
cenderung suka berkelompok, tegas, dan mampu bersosialisasi. Kaum introvert
cenderung pendiam, malu-malu, dan tenang.
b. Kemampuan untuk
bersepakat : merujuk pada kecennderungan untuk tunduk pada orang lain. Orang
yang skornya tinggi akan kooperatif, hangat, dan percaya. Sedangkan yang rendah
akan dingin, tidak mampu bersepakat, dan antagonistik.
c. Sifat mendengarkan
suara hati : merupakan ukuran dari keandalan. Orang yang peka terhadap suara
hati akan bertanggung jawab, terorganisir, dapat dipercaya, dan gigih.
Sedangkan yang sebaliknya akan mudah bingung, tidak terorganisir, dan tidak
handal.
d. Stabilitas emosional
: merujuk pada kemampuan untuk bertahan terhadap stress. Orang yang skornya
tinggi akan cenderung tenang, percaya diri, dan aman. Yang sebalinya akan
cenderung gelisah, cemas, gugup, tertekan, dan tidak aman.
e. Keterbukaan terhadap
pengalaman : merujuk pada kisaran minat individual dan kekaguman terhadap hal
baru. Orang yang terbuka akan kreatif, ingin tahu, dan sensitif secara
artistik. Sedangkan yang sebaliknya akan konvensional dan menemukan kenyamanan
dalam keakraban.
Penelitian atas
kredibilitas Lima Besar ini menghasilkan sejumlah besar bukti bahwa individu
yang dapat dipercaya, andal, hati-hati, teliti, mampu membuat rencana,
terorganisasi, kerja keras, gigih, dan berorientasi pada prestasi cenderung
memilki jabatan yang lebih tinggi dalam sebagian besar atau semua kedudukan.
Kepribadian Utama Yang Mempengaruhi Prilaku Organisasi
Evaluasi inti diri
Evaluasi
inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri
mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan
apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan]]
mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen
utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri
didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana
individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang
manusia.
Machiavellianisme
Machiavellianisme
adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak
emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Karakteristik
kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis
pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan
kekuasaan.
Narsisisme
Narsisisme adalah
kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan,
membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian
mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang
lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka
sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis
seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas
keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan
berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis juga
cenderung egoisdan
eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk
keuntungannya.
Pemantauan diri
Pemantauan
diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor
situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan
faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan
tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku
individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu
yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
Kepribadian tipe A
Kepribadian
tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk
mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya
yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara,
karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi
dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A
adalah:
- selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
- merasa tidak sabaran;
- berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
- tidak dapat menikmati waktu luang;
- terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
Kepribadian proaktif
Kepribadian
proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak,
dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif
menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau
halangan.
Tidak
ada tipe kepribadian umum untuk satu negara tertentu. Namun budaya suatu negara
mempengaruhi karakteristik yang dominan dari penduduknya, Ini dapat dilihat
dengan memperhatikan lokus kendali dan kepribadian tipe A. Misalnya saja, dalam
budaya seperti Amerika Utara, orang percaya bahwa mereka dapat mendominasi
lingkungan mereka, sebaliknya dengan orang-orang di Timur Tengah. Hal ini
menyebabkan proporsi orang-orang internal dalam angkatan kerja Amerika lebih
besar daripada angkatan kerja Arab saudi dan Iran.
Sedangkan
kepribadian tipe A akan paling banyak di negara-negara kapitalis, misalnya
Amerika dan Kanada, dimana prestasi dan keberhasilan material sangat dihargai.
Sementara dinegara seperti Swedia dan Prancis tidak.
Mencapai Kecocokan Kepribadian
Kecocokan orang dengan
pekerjaan adalah mencocokkan enam tipe kepribadian dan
mengemukakan bahwa kecocokkan antara tipe kepribadian dan lingkungan kedudukan
menentukan kepuasan dan keluar masuknya karyawan. Teori ini dikemukakan oleh
John Holland, tipe-tipenya antara lain :
a. Realistis : menyukai
kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan, kekuatan, dan koordinasi. Karakternya
adalah pemalu, tahan, stabil, mudah menyesuaikan diri, dan praktis.
b. Investigatif :
menyukai kegiatan yang mencakup pemikiran, pengorganisasian, dan pemahaman.
Karakternya adalah analitis, asli, ingin tahu, dan independen.
c. Sosial : menyukai
kegiatan yang mencakup membantu dan mengembangkan yang lain. Karakternya adalah
mampu bergaul, bersahabat, kooperatif, dan memahami.
d. Konvensional :
menyukai kegiatan yang diatur dengan peraturan, jelas, dan tidak bersifat
mendua. Karakternya adalah mudahmenyesuaikan diri, efisien, praktis, tidak
imaginatif, tidak luwes.
e. Enterprising :
menyukai kegiatan verbal dimana ada peluang untuk mempengaruhi yang lai dan
mendapatkan kekuasaan. Karakternya adalah percaya diri, ambisi, energetik, dan
mendominasi.
f. Artistik : menyukai
kegiatan yang bersifat mendua dan tidak sistematik, yang memungkinkan ekspresi
yang kreatif. Karakternya adalah imaginatif, tidak teratur, idealistis,
emosional, dan tidak praktis.
Teori ini mengatakan
bahwa kepuasan paling tinggi berarti keluar masuknya karyawan paling rendah
bila kepribadian dan kedudukan/jenis pekerjaannya sesuai.
Kecocokan
organisasi-orang : yaitu bahwa orang meninggalkan
pekerjaan yang tidak cocok dengan kepribadiannya.
Defini Emosi
Sebuah
organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan
frustasi, takut, marah, benci, marah, gembira, dls. Emosi-emosi tersebut adalah
antithesis dari rasionalitas. Beberapa emosi, terutama bila ditampilkan pada
saat yang salah, dapat mengurangi kinerja karyawan. Namun realitasnya tetap
saja bahwa karyawan membawa serta satu komponen emosi bersama mereka ke tempat
kerjanya dan tidak ada studi yang komprehensif tanpa mempertimbangkan peran
dari emosi ditempat kerja.
Berkaitan
dengan emosi, ada 3 hal yang terjalin erat satu sama lain, yaitu pengaruh
(affect), emosi, dan suasana hati (mood). Pengaruh meliputi kisaran luas
perasaan yang dialami orang, merupakan satu konsep yang meliputi baik emosi
maupun suasana hati. Akhirnya, suasana hati adalah perasaan yang cenderung
menjadi kirang intens dibandingkan emosi, dan yang kekurangan stimulus
kontekstual.
Emosi
adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat. Sedangkan suasana hati
tidak dikaitkan dengan suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati
bila kita kehilangan fokus pada objek yang kontekstual.
Berkaitan
dengan perilaku organisasi, satu istilah yang terkait adalah tenaga kerja
emosional, yang terjadi apabila karyawan mengekspresikan secara organisasional
emosi yang diinginkannya selama transaksi antar pribadi. Dulunya konsep ini
dikembangkan berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan jasa, namun dewasa ini konsep
tersebut telah menjadi relevan dengan hampir setiap pekerjaan. Dalam
tuntutannya, karyawan perlu membedakan antara emosi yang dirasakan dengan emosi
yang ditunjukkan agar tidak terjadi dilema.
Dimensi emosi
Emosi ada beberapa
jenis berdasarkan :
- Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi yang universal, yaitu kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan. Enam emosi ini dapat dikonseptualisasikan sebagai terus ada sepanjang satu kontinuum, dimana semakin dekat jarak dua emosi apapun pada kontinuum tersebut akan semakin membingungkan orang. Contohnya adalah kebahagiaan dan kejutan sering dikacaukan, sementara kebahagiaan dan kemuakan jarang sekali.
- Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan pekerjaan. Presenter misalnya, harus menunjukkan intensitas emosi yang sesuai dengan acara yang dibawakannya.
- Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
Jenis kelamin dan emosi
Bukti
menunjukkan bahwa perbedaan antara pria dan wanita dalam hal emosi adalah bila
menyangkut reaksi emosional dan kemampuan untuk membaca orang lain. Wanita
menunjukkan ungkapan emosi yang lebih besar daripada pria, mengalami emosi
secara lebih hebat, lebih nyaman dalammengungkapkan emosi, lebih baik dalam
membaca petunjuk-petunjuk non-verbal dan paralinguistik, dan lebih sering
menampilkan ekspresi dari emosi yang positif maupun negatif, kecuali kemarahan.
Batasan-batasan
eksternal emosi ada dua, yaitu :
- Pengaruh
organisasional, menyesuaikan dengan perangkat emosional yang dicari organisasi.
- Pengaruh budaya,
menyesuaikan dengan norma-norma budaya di negara setempat.
Kesimpulan : Menurut saya
Kepribadian adalah
keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah
sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Emosi adalah reaksi
terhadap suatu objek, bukan suatu sifat. Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan
dengan suatu objek. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati bila kita
kehilangan fokus pada objek yang kontekstual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar